Di tengah masyarakat modern yang berkembang saat ini, topeng menjadi bentuk karya seni yang memadukan nilai estetika dan spiritualitas. Tak hanya cukup dengan kata ‘indah’ saja, terkadang seseorang membeli topeng karena memiliki faktor X atau nilai misterinya.
Akan tetapi, bagi Sugiyat (63), membuat topeng adalah mengukir sejarah untuk diteruskan ke anak cucu. Selain sebagai peluang usaha dan wirausaha yang cukup eksentrik, membuat topeng ternyata juga memiliki misi dalam memugar ingatan siapapun mengenai sejarah sebuah tempat dan cerita.
Ya, Sugiyat adalah pengrajin Topeng Malangan yang menghabiskan waktunya dengan membuat topeng di Desa Nongkojajar, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Sejak tahun 1978, dirinya mulai mencoba peruntungannya di dunia topeng. Namun, saat itu masih dalam tahap menjajal, sehingga tak berani untuk menjualnya.
“Baru 5 tahun kemudian saya mulai menjual di tepian jalan di Malang, karena nenek buyut saya asli sana. Saya jual murah, yang penting topeng saya laku,” ungkapnya di sela-sela membuat topeng pesanan warga Surabaya, Sabtu (01/04).
Untuk 1 buah topeng dijual dengan harga bervariasi, tergantung dari jenis dan model topeng itu sendiri. Sugiyat lantas mencontohkan untuk topeng ragil kuning yang dijualnya mulai dari Rp 150.000-Rp 500.000. Mahal tidaknya topeng juga bergantung dari pengerjaan, baik kasar maupun halus.
“Kalau kasar, satu hari saja selesai. Tapi kalau topengnya halus sekali, bisa memakan waktu 3 hari, karena membuat topeng tidak semudah membuat kursi atau meja, harus dalam kondisi mood bagus,” imbuhnya.
Proses pembuatan topeng dari awal hingga finish, Sugiyat mengaku mengerjakannya secara homemade. Selain bisa dapat feel, pengerjaan topeng secara manual, yaitu dengan menatah, khususnya pada lekuk wajah agar membuat kerapian topeng bisa terjaga. Untuk alat, Sugiyat menggunakan alat berupa satu set tatah ukir yang sudah dia modifikasi, agar penggunaannya lebih bagus. Sedangkan bahan yang digunakan untuk membuat topeng adalah kayu kembang, kenongo, mentaos dan sengon basia. Semua kayu itu tersedia di Nongkojajar sehingga memudahkannya untuk membeli dari warga sekitar.
“Kalau lagi sakit atau stress, pasti tidak akan bisa membuat topeng yang bagus. Apalagi topeng dari tokoh-tokoh wayang seperti Bapang, Kelono, Gunungsari dan lainnya. Mood harus terjaga dan kita harus bahagia,” jelasnya.
Hanya saja, lelaki yang profesi aslinya sebagai tukang kayu itu tak setiap hari membuat topeng, lantaran menunggu pesanan yang datang kepadanya. Untuk itu, untuk menambah penghasilannya, Sugiyat membuat meja, kursi dan lemari alias meubeler.
“Kalau yang beli topeng adalah para kolektor topeng, kalau orang biasa jarang sekali. Makanya kalau pemerintah daerah bisa memfasilitasi kami yang kecil ini, alangkah senangnya,” harapnya. (emil)
9403 x Dilihat
595 Disukai
564 Tidak Suka
Share Berita :
Ringkasan AIBeta
Ringkasan AI adalah alat untuk mempermudah Anda membaca berita dalam bentuk poin-poin penting. Ringkasan ini dibuat oleh kecerdasan buatan (AI), dan kami tidak menjamin keakuratan sepenuhnya.
Silahkan klik tombol di bawah ini untuk menghasilkan ringkasan berita oleh AI.
0 Komentar
Komentar Anda
Alamat
Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Pasuruan JL.Raya Raci KM - 9 Bangil, Pasuruan
0 Komentar