Siapa bilang anggrek hanya bisa ditanam di dataran tinggi saja?
Anggapan ini dipatahkan oleh kelompok tani di omah anggrek di Dusun Sadeng, Desa Sadengrejo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan.
Sejak November 2018 hingga kini, tak terhitung berapa jumlah tanaman anggrek yang berhasil berbunga indah dan laku di pasaran.
Ketua Kelompok Tani di desa ini, Hudan Daldiri mengatakan, anggrek merupakan tanaman tropis yang bisa tumbuh sempurna apabila dirawat dengan sangat baik.
Perihal lokasi Omah Anggrek yang berada di dataran rendah seperti Rejoso, hal tersebut tak jadi masalah asalkan pupuk, penyiraman hingga pencahayaan sinar matahari, berimbang.
“Buktinya hari ini, tepatnya sudah hampir 3 tahun, anggrek sudah bisa menghasilkan keuntungan bagi desa dan pemberdayaan warga,” kata Hudan, di sela-sela merawat anggrek di Omah Anggrek, Rabu (02/06/2021).
Saat ini, total ada 55 ribu plant anggrek yang dirawat di Omah Anggrek Sadengrejo dengan harga relatif terjangkau, yakni mulai Rp 35 ribu sampai Rp 80 ribu. Menurut Hudan, seluruh anggrek tersebut ditempatkan di dua green house. Green House I berada di Dusun Sadeng dan Green House II di Desa Bantengan.
Sedangkan jenis anggrek yang dibudidaya di Omah Anggrek Sadengrejo adalah Dendrobium Twist Orchid atau anggrek keriting yang termasuk anggrek mini atau disebut novelty.
“Jenis nya dendrobium. Dan yang kita tanam di sini dendrobium keriting dan bulat,” singkatnya.
Dari sekian banyak anggrek dendrobium yang dimiliki, Hudan menegaskan bahwa dendrobium black pearl adalah yang paling favorit. Selain impor, anggrek ini memiliki warna ungu kehitam-hitaman dan sangat disukai para kolektor anggrek.
Harganya pun cukup tinggi, yakni sebesar Rp 800 ribu per tanaman.
“Hari ini ada yang berbunga tapi kurang maksimal. Maka dari itu kita potong lagi dengan maksud supaya banyak tunas yang tumbuh, dan bunganya bisa tumbuh banyak dan sempurna,” ungkapnya.
Diakui Hudan, Omah Anggrek merupakan idenya bersama pemuda desa lain. Ia mencoba beranikan diri memaksimalkan potensi sumber daya manusia sekaligus lahan yang ada, agar lebih produktif. Menurutnya, bertani anggrek merupakan pilihan hati untuk menunjukkan diri dan desa dengan lainnya.
“Setidaknya rangking desa naik. Saya mencoba untuk mengubah mindset pemuda, bahwa bertani lebih menguntungkan daripada bekerja ke pabrik. Karena kami melihat kebutuhan pasar anggrek di tingkat nasional sangat potensial,” imbuhnya.
Dari hasil budidaya anggrek tersebut, petani muda Sadengrejo merasa bersyukur, lantaran hasil budidaya anggrek bisa mendongkrak pendapatan desa. Lebih tepatnya mampu menyumbang pundi-pundi rupiah yang dimasukkan sebagai PAD desa melalui Bumdes Omah Anggrek tersebut.
“Tahun ini kita ditargetkan Rp 45 juta. Kalau tahun kemarin Rp 25 juta. Insya Allah kita sanggup, karena kita sudah memahami betul bagaimana memperlakukan anggrek ini dengan baik,” tutupnya.
Lebih lanjut Hudan juga mengaku senang lantaran selain dukungan dari Desa, pengembangan anggrek juga disupport oleh PT Cheil Jedang Indonesia.
“Kita ada 1200 plant yang merupakan CSR dari PT CJI. Terima kasih banyak sudah mensupport Omah Anggrek,” celetuknya. (emil)
5236 x Dilihat
420 Disukai
791 Tidak Suka
Share Berita :
Ringkasan AIBeta
Ringkasan AI adalah alat untuk mempermudah Anda membaca berita dalam bentuk poin-poin penting. Ringkasan ini dibuat oleh kecerdasan buatan (AI), dan kami tidak menjamin keakuratan sepenuhnya.
Silahkan klik tombol di bawah ini untuk menghasilkan ringkasan berita oleh AI.
0 Komentar
Komentar Anda
Alamat
Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Pasuruan JL.Raya Raci KM - 9 Bangil, Pasuruan
0 Komentar