Kabupaten Pasuruan kembali mendapat kepercayaan untuk tampil dalam event nasional.
Kali ini adalah Pergelaran Tari Daerah dan Sendratari Cerita “Mbah Sholeh Semendi” yang menjadi tontonan utama dalam perayaan Ulang Tahun Taman Nasional Indonesia Indah (TMII) ke 43, di Anjungan Jawa Timur TMII, Minggu (15/04/2018).
Nurul Hudayati, Kabid Seni Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Pasuruan mengatakan, untuk membuat sendratari yang “Wow”, pihaknya membawa 45 penari dan 9 pengrawit dari Sanggar Kenari, Beji. Latihannya pun tak tanggung-tanggung, yakni sebanyak 20 kali pertemuan dengan durasi antara 2-5 jam per latihan.
“Semua penari berasal dari pelajar SD, SMP hingga SMA dari pelajar-pelajar di Kabupaten Pasuruan. Kita ingin memaksimalkan kemampuan mereka, supaya ketika pada hari H nya, semuanya tampil all out,” kata Nurul saat ditemui di kantornya, Rabu (18/04/2018).
Dipilihnya “Mbah Semendi” sebagai cerita dalam sendratari yang dilaksanakan oleh Badan Penghubung Daerah Propinsi Jawa Timur di Jakarta ini tak lain sebagai bagian dari promosi dan sekaligus mengenalkan sejarah-sejarah para legenda atau pahlawan yang mensyiarkan Islam di Kabupaten Pasuruan. Kata Nurul, Mbah Semendi adalah ulama yang mengenalkan Islam di daerah Lekok, Winongan dan wilayah lain di Kabupaten Pasuruan, sehingga sangat layak untuk diceritakan dalam sendratari di TMII.
“Sendratari Mbah Semendi ini baru pertama kali kita tampilkan di TMII. Intinya, kita akan terus menggali segala sejarah yang ada di Kabupaten Pasuruan. Seperti cerita Joko Seger dan Roro Anteng dari Tosari yang menjadi ikon kita,” imbuhnya.
Sementara itu, Agung Mariyono selaku Kepala Disparbud Kabupaten Pasuruan menegaskan, ‘Mbah Sholeh Semendi,’ adalah simbol sifat kharismatik dan suasana kehidupan keagamaan harmoni, selaras, seimbang, yang abad ini makin sulit ditemukan karena terimbas pragmatisme kepentingan sesaat. Lakon ini sebenarnya dapat dimaknai lebih mendalam, dari sekedar cerita-cerita legenda yang bersifat mitos.
“Banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari sosok seorang Mbah Semendi. Yakni kesabaran dan ketabahan untuk bisa menanamkan nilai kebaikan ke semua orang. Maka dari itu, kami mengambil cerita Mbah Semendi untuk bisa kami share ke penonton yang menyaksikan di TMII,” beber dia.
Lebih lanjut Agung menambahkan, pemilihan tema dan aktualisasi cerita menjadi penting agar pertunjukan ini lebih berdaya guna sebagai ajang apresiasi seni dan budaya. Lakon ‘Mbah Sholeh Semendi,’ menurutnya sungguh menarik ditampilkan sebagai isu sosial budaya, di tengah model dakwah abad ini yang penuh amuk, kerap menampilkan wajah Islam yang sarkastis.
“Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyampaikan pesan, salah satunya melalui sendratari. Tinggal menonton, memahami dan menghayati setiap gerakan dan ucapan seluruh pemain, pasti akan mengetahui pesan apa yang dibawanya,” ungkapnya. (emil)
13535 x Dilihat
1009 Disukai
826 Tidak Suka
Share Berita :
Ringkasan AIBeta
Ringkasan AI adalah alat untuk mempermudah Anda membaca berita dalam bentuk poin-poin penting. Ringkasan ini dibuat oleh kecerdasan buatan (AI), dan kami tidak menjamin keakuratan sepenuhnya.
Silahkan klik tombol di bawah ini untuk menghasilkan ringkasan berita oleh AI.
0 Komentar
Komentar Anda
Alamat
Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Pasuruan JL.Raya Raci KM - 9 Bangil, Pasuruan
0 Komentar