Hujan yang terus-menerus membuat produktifitas buah srikaya, terganggu. Akibatnya, banyak petani yang harus gigit jari lantaran gagal panen.
Seperti yang dirasakan Munir Rudianzah (45), salah seorang petani buah srikaya di Desa Oro-Oro Ombo Wetan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan.
Ia mengaku memiliki 2 hektar lahan yang ia tanami pohon mangga. Sedangkan srikaya sendiri ditanam dengan sistem tumpang sari, yakni menanam di lahan yang sama dengan jarak yang sudah diatur. Jumlah pohon yang dimilikinya mencapai sekitar 350 pohon.
Hanya saja, untuk saat ini, ia tak bisa memanen srikaya dengan jumlah banyak, lantaran banyak bunga yang rontok terguyur hujan setiap harinya. Per pohonnya, biasanya ia bisa memanen antara 100-120 buah. Namun sekarang maksimal hanya bisa 30 buah saja.
"Kalau tahun kemarin masih bisa memanen sampai 100 biji dalam satu pohon. Tapi sekarang paling banyak ya 30 buah saja," kata Munir saat melihat perkembangan srikaya di kebun miliknya, Selasa (22/02/2022) siang.
Gagalnya panen srikaya tak tanggung-tanggung, yakni sampai 60%. Kata Munir, buah yang tumbuh tak bisa berkembang dengan baik meski pemupukan maupun perawatan tak luput diberikan. Hal tersebut menyebabkan ukuran buah menjadi lebih kecil, bahkan banyak yang rontok sebelum berbuah.
"Bunganya gak lebat karena kena hujan terus menerus. Buahnya juga tidak banyak dan kecil-kecil, kalau yang besar ya tetap ada tapi tidak maksimal meski ada yang besar dan jumlahnya tidak banyak," ungkapnya.
Lebih lanjut Munir menegaskan bahwa gagalnya produktifitas srikaya di awal musim panen ini juga berimbas pada turunnya harga jual di pasaran. Menurutnya, per 11 buah (dalam bahasa jawa disebut satu jinah) dijual antara Rp 10 ribu-Rp 15 ribu.
Sebaliknya, apabila panen raya dengan jumlah banyak, harga buah srikaya justru menjadi mahal lantaran banyak diperebutkan oleh tengkulak atau warga yang akan menjual srikaya.
"Kalau sekarang maksimal Rp 15 ribu per satu jinah. Kebanyakan Rp 10 ribu karena srikaya beda dengan mangga, Kalau mangga harganya mahal apabila jumlahnya sedikit. Tapi bisa murah kalau panen raya. Namun kalau srikaya ketika panen raya bisa mahal," ucapnya.
Di sisi lain, buah srikaya yang tumbuh di Desa Oro-Oro Ombo Wetan tersebar di empat dusun, yakni Dusun Sumberboto, Rohkunci, Berran, dan Watulunyu. Total lahan bisa mencapai lebih dari 80 hektar di satu dusun. Dijelaskan Munir, dari keempat dusun tersebut, srikaya banyak ditanam di Dusun Sumberboto.
Hebatnya lagi, srikaya Rembang memiliki rasa yang manis bila dibanding srikaya madura yang terkenal besar namun kurang manis.
"Paling banyak di Sumberboto. Sisanya ada di Dusun Rohkunci, Berran dan Watulunyu. Srikaya di Rembang ini lebih manis dari srikaya seperti di Madura yang besar tapi kurang manis," terangnya.
Srikaya yang dimiliki Munir tak hanya dijual ke pengepul di sekitaran tempat tinggalnya. Namun sampai luar kota seperti Sidoarjo dan Surabaya.
"Banyak juga yang beli online, karena sekarang lagi musimnya orang beli dari rumah, tinggal diantar dan sekalian bayar ongkirnya," tutupnya. (emil)
3192 x Dilihat
426 Disukai
411 Tidak Suka
Share Berita :
Ringkasan AIBeta
Ringkasan AI adalah alat untuk mempermudah Anda membaca berita dalam bentuk poin-poin penting. Ringkasan ini dibuat oleh kecerdasan buatan (AI), dan kami tidak menjamin keakuratan sepenuhnya.
Silahkan klik tombol di bawah ini untuk menghasilkan ringkasan berita oleh AI.
0 Komentar
Komentar Anda
Alamat
Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Pasuruan JL.Raya Raci KM - 9 Bangil, Pasuruan
0 Komentar