Agar industri penyiaran di tanah air mampu bersaing di tengah pesatnya perkembangan teknologi penyiaran, para pelaku industri TV dan radio wajib melakukan pengembangan strategi. Diantaranya dengan memberikan konten terbaik, baik dari sisi informasi maupun berbagai program siaran inovatif. Pernyataan ini disampaikan Direktur Penyiaran Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, Geriyantika Kurnia, menyikapi tantangan dan peluang industri penyiaran di era digital.

Dalam memainkan strategi siaran, banyak ceruk yang dapat dikembangkan lebih detil. Semuanya membutuhkan kreativitas dari masing-masing pelaku industri TV dan radio. "Seperti skala usaha, luas jangkauan penyiaran, jumlah lembaga penyiaran sampai pada sisi kreatifitas. Industri penyiaran ini akan menjadi bisnis yang kompetitif dimana fokusnya adalah menumbuhkan industri konten”, jelasnya.

Menurutnya, sampai saat ini pemerintah terus mendorong implementasi TV Digital dengan terus melakukan migrasi dari analog ke digital.  Bahkan Indonesia bersama dengan negara-negara ASEAN telah berkomitmen untuk full ASO (Analog Switch Off) pada tahun 2020. Mempertimbangkan komitmen Negara ASEAN untuk ASO 2020, maka keterlambatan pelaksanaan ASO di Indonesia akan mengakibatkan interferensi dengan negara tetangga.

Di sisi lain, digitalisasi TV ditargetkan pada efisiensi penggunaan spektrum frekuensi; efisiensi infrastruktur industri penyiaran; peningkatan kualitas siaran; mempertahankan diversity of ownership; menumbuhkan industri konten dan digital dividen.

“Kelebihan spektrum frekuensi radio akibat migrasi pengoperasian penyiaran televisi analog ke digital (digital dividend) sebesar 112 Mhz digunakan untuk keperluan berdasarkan prinsip diantaranya kebencanaan, pendidikan, dan pemanfaatan pita lebar (broadband)”, ungkapnya seperti yang dikutip di laman www.kominfo.go.id.  (Eka Maria)