Desa Sidogiri, Kecamatan Kraton, selain dikenal sebagai Kawasan Pondok Pesantren, ternyata juga menyimpan geliat perekonomian yang sangat dinamis.
Tepatnya di Dusun Wangkal, salah satu dusun di Desa Sidogori. Setiap hari, terlihat kesibukan ibu-ibu rumah tangga yang menyulam jilbab atau kerudung dengan motif berwarna-warni. Jumlahnya pun bukan lagi puluhan, tapi ratusan ibu-ibu yang menjadikan “Sulam” sebagai penghasilan tambahan setiap hari.
Luluk Romziah (40), salah satu warga RT 01 RW 03 yang mempekerjakan ratusan ibu-ibu yang tak lain para tetangga di sekitar tempat tinggalnya. Sudah 12 tahun lamanya, Luluk bergelut dengan dunia menyulam, lantaran kadung cinta dengan penutup kepala tersebut.
“Awalnya saya ikut orang bikin sulam, dan lama kelamaan saya ingin membuat usaha sendiri, supaya bisa mandiri dan dapat tambahan penghasilan yang lebih banyak,” kata Luluk saat ditemui di rumahnya, Kamis (25/10/2018) pagi.
Tak menunggu waktu lama, Luluk pun memberanikan diri untuk memulai usahanya tersebut, kecil-kecilan. Untuk mendapatkan motif sulam yang beragam, dirinya jalan-kalan ke Bangil yang terkenal akan bordir dan sulam. Gayung bersambut, tatkala dirinya berniat membeli kerudung di salah satu toko, sang pemilik toko tertarik dengan motif sulam yang ada pada kerudung paris yang dikenakan Luluk. Saking tertariknya, Luluk langsung ditawari order sulam dengan jumlah yang cukup banyak.
“Saya masih ingat, order pertama saya adalah membuat sulam sebanyak 5 kodi. Kalau satu kodi khan 20 jilbab, berarti saya dapat order 100 jilbab yang harus saya sulam. Wah bahagia sekali,” ungkapnya.
Untuk satu jilbab paris, Luluk mematok harga Rp 25 ribu hingga Rp 45 ribu kepada pemesan atau dijual ke pengepul. Sekarang, jumlah pesanan jilbab sulam yang datang kepadanya sudah mencapai lebih dari 500 jilbab selama sebulan. Daerah pengirimannya pun sampai ke Malang, Surabaya hingga Jakarta. Sebenarnya, Luluk sangat antusias untuk menerima semua pesanan, akan tetapi menyulam tidak sama dengan menjahit, lantaran semuanya dilakukan dengan tangan alias handmade.
“Menyulam itu susah mas kalau tidak telaten (sabar dan ulet), karena ibu-ibu di sini menyulam sambil ngemong anak (mengasuh). Sehari hanya dua sulaman saja,” singkat Luluk sembari menunjukkan hasil sulamannya.
Sulaman milik Luluk bervariasi sesuai pesanan, mulai dari motif bunga tulip, mawar, sedap malam, hingga motiv hewan ubur-ubur. Cara menyulam nya pun berbeda. Ada yang dinamakan sulam bayang (menyulam dari depan tapi hasilnya terlihat di belakang) , dan ada juga Sulam Bulion (menyulam dari depan hasilnya juga di depan). Seluruhnya tergantung dari order yang diterimanya.
“Kebanyakan memang motif bunga, karena jilbab dipakai perempuan, sehingga terkesan indah dan cantik,” pungkasnya.
Sementara itu, saat ditanya perihal berapa keuntungan yang didapat dari hasil menyulam, dengan sedikit malu, Luluk menyebutkan bahwa dalam satu bulan, dirinya bisa meraup keuntungan bersih antara Rp 3 juta-Rp 5 juta. Keuntungan tersebut selain ditabung, juga untuk membeli kerudung, benang sulam dan keperluan lainnya.
“Alhamdulillah bisa buat menyekolahkan anak dan memberdayakan ibu-ibu sekitar. Lumayan lah buat tambahan penghasilan selain dari suami,” jelas dia kepada Suara Pasuruan. (emil)
4530 x Dilihat
748 Disukai
605 Tidak Suka
Share Berita :
Ringkasan AIBeta
Ringkasan AI adalah alat untuk mempermudah Anda membaca berita dalam bentuk poin-poin penting. Ringkasan ini dibuat oleh kecerdasan buatan (AI), dan kami tidak menjamin keakuratan sepenuhnya.
Silahkan klik tombol di bawah ini untuk menghasilkan ringkasan berita oleh AI.
0 Komentar
Komentar Anda
Alamat
Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Pasuruan JL.Raya Raci KM - 9 Bangil, Pasuruan
0 Komentar