Meski mengalami penurunan, harga cabai  rawit di seluruh pasar-pasar tradisional di Kabupaten Pasuruan masih tinggi, yakni mencapai Rp 53 ribu per kilogram.

Gatot Sutanto, Kasi Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Kabupaten Pasuruan mengatakan, masih tingginya harga cabai di pasaran disebabkan tingginya curah hujan yang berakibat semakin berkurangnya produksi cabai.

“Hujan masih relative tinggi, sehingga banyak petani cabai yang memanen awal atau bahkan ada yang sampai gagal panen. Dari situ, stok cabai terbatas sehingga mau gak mau petani akhirnya menaikkan harga cabai,” kata Gatot saat ditemui di kantornya, Jumat (16/03/2018).

Dijelaskan Gatot, beberapa wilayah di Kabupaten Pasuruan dikenal sebagai penghasil cabai, seperti Kecamatan Tutur dan Prigen. Hanya saja, lantaran faktor cuaca, produksi cabai pun tidak bisa maksimal, sehingga berdampak pada dinaikkannya harga cabai rawit.

“Hujan terus turun setiap hari, bahkan mulai jam 9 pagi sudah hujan. Itulah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai, sehingga kalau dibiarkan begitu saja, cabai ini bisa busuk,” terangnya.

Meskipun menunjukkan penurunan dari minggu sebelumnya, namun harga tersebut masih tergolong tinggi dibandingkan harga normal. Kata Gatot, harga cabai rawit normal berkisar antara Rp 30-Rp 32 ribu per 1 kilogram, sehingga pihaknya menghimbau kepada masyarakat untuk dapat menyikapi kenaikan harga cabai dengan bijak.

"Harga tersebut masih tinggi karena standarnya harga cabai sekitar Rp 32.000 per kg, dan paling mahal Rp 32.000 per kg. Oleh karenanya, saya mengajak kepada seluruh masyarakat untuk menyikapi dengan bijaksana, karena cuaca yang kurang mendukung dari produksi cabai,” imbuhnya. (emil)