Pemerintah Kabupaten Pasuruan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) terus mengajak masyarakat untuk beralih menggunakan teknologi insentif budidaya udang vaname dengan sistem Busmetik (Budidaya udang skala mini empang plastik).
Ajakan tersebut disampaikan Bupati Pasuruan, HM Irsyad Yusuf saat melakukan Panen Udang Vaname dengan Sistem Busmetik di Pondok Pesantren Darul Khoirot, Desa Gerongan, Kecamatan Kraton, Kamis (18/5/2017).
Menurutnya, teknologi busmetik ini tidak hanya berhasil diterapkan oleh para pembudidaya tambak saja, melainkan juga sukses diterapkan di dalam lingkup pondok pesantren. Dengan sistem busmetik, Irsyad berharap agar para petani udang dapat segera beralih dari sistem tradisional menjadi sistem berteknologi.
"Saya berharap agar teknologi busmetik ini dapat dikuasai oleh pembudidaya tambak sehingga ke depan dapat membawa kejayaan produksi udang di Kabupaten Pasuruan. Karena kita ketahui bersama baahwa sistem ini merupakan terobosan dan inovas di sektor perikanan , utamanya dalam pengembangan pembudidayaan udang di Kabupaten Pasuruan," kata Irsyad di sela-sela acara.
Ditambahkannya, dengan sistem busmetik, produksi ikan bisa ditingkatkan dua kali lipat dari budidaya udang dengan menggunakan sistem tradisional (tambak). Irsyad lantas mencontohkan, 1 denfarm (petak) berukuran 20X20 meter atau 400 meter persegi bisa menghasilkan 800 kg udang vaname, sedangkan apabila menggunakan sistem tradisional, maksimal hanya bisa menghasilkan 100-300 kg saja.
“Ada banyak sekali keuntungan yang didapatkan apabila membudidayakan udang vaname dengan sistem busmetik, sehingga saya menghimbau kepada para petani udang agar segera beralih menggunakan sistem busmetik, meskipun biaya awalnya cukup mahal,” imbuhnya.
Sementara itu, Slamet Nur Handoyo, Kepala DKP Kabupaten Pasuruan mengatakan, jumlah petani yang menggunakan sistem busmetik terus meningkat dari awalnya hanya 1 kelompok di Kecamatan Lekok kini menjadi 18 kelompok yang tersebar di beberapa wilayah, seperti Bangil, Kraton, Lekok dan Nguling. Hanya saja, untuk dapat menerapkan teknologi busmetik diperlukan biaya yang cukup mahal, di mana biaya yang dimaksud adalah pembuatan kontruksi, mulai terpal hingga peralatan pendukung lainnya yang bisa mencapai Rp 100 juta. Meski begitu, Slamet memastikan seluruh biaya tersebut akan tertutupi siklus keempat. Dalam artian, saat panen pertama pada saat udang berumur 90 hari, total keuntungan yang didapatkan sudah bisa mencapai Rp 50 juta lebih, sehingga pada panen kedua, ketiga dan seterusnya, modal tersebut sudah tertutupi.
“BEP (Break even point) atau titik impas nya ada pada siklus keempat. Dengan catatan para petani sudah paham betul dengan teknologi ini, dan itu saya jamin,” imbuhnya.
Lebih lanjut Slamet menambahkan, dengan menggunakan sistem busmetik, udang akan bebas dari penyakit lantaran denfarm sendiri tidak bersentuhan langsung dengan perairan bebas, baik tambak maupun laut, serta bebas dari pencemaran.
“Semua teknologi busmetik harus dikuasai para petani, seperti pensetrilan air, pemupukan dengan pupuk organik (pro biotik), penebaran ikan, hingga proses panen itu sendiri,” akunya. (emil)
3592 x Dilihat
557 Disukai
569 Tidak Suka
Share Berita :
Ringkasan AIBeta
Ringkasan AI adalah alat untuk mempermudah Anda membaca berita dalam bentuk poin-poin penting. Ringkasan ini dibuat oleh kecerdasan buatan (AI), dan kami tidak menjamin keakuratan sepenuhnya.
Silahkan klik tombol di bawah ini untuk menghasilkan ringkasan berita oleh AI.
0 Komentar
Komentar Anda
Alamat
Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Pasuruan JL.Raya Raci KM - 9 Bangil, Pasuruan
0 Komentar