Meski beresiko tinggi, sebagian Petani Mangga Klonal 21 di Desa Oro-Oro Ombo Wetan dan Desa Pandean, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan berani melakukan panen lebih awal.
Bukan tanpa alasan para petani tersebut "memaksa" pohon-pohon mangga miliknya untuk bisa berbuah. Beberapa petani di dua desa tersebut telah berhasil menggunakan teknologi pertanian pembungaan awal yang disebut Early Flowering Technology (EFT).
Santoso (58), salah satu petani mangga klonal 21 asal Dusun Berran, Desa Oro-Oro Ombo Wetan mengungkapkan, permintaan pasar akan mangga klonal 21 sudah membumbung tinggi, plus ditambah dengan harga mangga per kilogram yang terbilang menggiurkan bagi dirinya, yakni Rp 35 ribu-Rp 38 ribu.
"Banyak pelanggan yang sudah memesan, mulai dari pengepul sampai pemborong dari Surabaya, Malang, Bogor dan Jakarta yang mau membeli mangga klonal 21 dengan harga Rp 38 ribu per 1 kg, makanya mau gak mau saya harus bisa membuat pohon-pohon mangga saya untuk segera berbuah," ungkap Santoso saat ditemui di kebun mangga miliknya, Senin (23/07/2018)
"Memaksa" pohon mangga untuk cepat berbuah adalah tantangan sekaligus resiko yang harus dihadapi. Kata Santoso, Teknologi EFT ini adalah pemakaian bertahap menggunakan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dengan bahan aktif paclobutrazol dengan cara budidaya yang baik serta pengendalian hama penyakit.
“Tapi resikonya memang tinggi, kalau sampai terlalu banyak dalam menggunakannya, maka pertumbuhan bunga atau buah akan tidak maksimal, bahkan bisa menyebabkan pohon mati karena kebanyakan,” tegasnya.
Santoso lantas mencontohkan, penggunaan paclobutrazol cukup 10 mililiter untuk satu pohon. Selain itu, penggunaan pupuk organic dan anorganik juga harus berimbang, yakni 12 kilogram pupuk kandang dan 2 kg pupuk ZA serta 3 kg pupuk ponska. Seluruh pupuk tersebut digunakan sekali saja dalam wkatu satu musim.
“Kalau lagi musim hujan harus sering diawasi, karena takutnya bunganya banyak yang rontok. Kalau dibiarkan begitu saja, takutnya ada lalat buah yang mengganggu berkembangnya buah. Kita semprot 2 hari sekali. 1 tangki berisi 20 liter semprot buah untuk 5 pohon,” jelas dia sembari menunjukkan buah mangga kepunyaannya.
Lebih lanjut Santoso mengaku memiliki 3 hektar kebun mangga, di mana 1 hektarnya berisi rata-rata 100-110 pohon, dan 1 pohon bisa berbuah antara 50 kg sampai 2 kwintal. Untuk saat ini, dirinya belum bisa memenuhi permintaan pasar yang begitu tinggi, lantaran memang belum memasuki panen raya mangga pada bulan September hingga Desember mendatang.
“Setiap hari selalu ada permintaan mangga, dan karena memang belum banyak, jadi kami tidak bisa memenuhinya. Sudah kami jelaskan bahwa tidka banyak yang bisa kita panen, karena menunggu satu setengah bulan lagi,” urainya kepada Suara Pasuruan. (emil)
5391 x Dilihat
1035 Disukai
1201 Tidak Suka
Share Berita :
Ringkasan AIBeta
Ringkasan AI adalah alat untuk mempermudah Anda membaca berita dalam bentuk poin-poin penting. Ringkasan ini dibuat oleh kecerdasan buatan (AI), dan kami tidak menjamin keakuratan sepenuhnya.
Silahkan klik tombol di bawah ini untuk menghasilkan ringkasan berita oleh AI.
0 Komentar
Komentar Anda
Alamat
Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Pasuruan JL.Raya Raci KM - 9 Bangil, Pasuruan
0 Komentar