Mas Sugik, demikian dia biasa disapa. Pria yang tinggal di Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan ini telah 24 tahun menanam pohon. Tahun 1990, kala itu suhu udara di desanya makin panas, padahal desanya berada di lereng gunung. Debit air di sungai-sungai yang berhulu di pegunungan sisi utara kian mengecil dan hanya mengalir saat hujan. Hal ini terjadi karena banyaknya mata air yang mati.
Nalurinya mengatakan, kondisi alam ini terjadi akibat kerusakan hutan. Banyak pohon penyerap air yang gundul. Awal tahun 1993, Mas Sugik nekat memulai aksi yang oleh kebanyakan tetangganya dianggap konyol dan membuang-buang waktu. Yaitu berburu bibit pohon penyerap air. Ia tak menghiraukan anggapan tetangganya. Ia terus mencari bibit seperti mahoni, gembillina, jati, sengon, alpukat, serta palem putri dan aneka macam tanaman keras lainnya untuk di tanam pada lahan gundul tersebut agar bisa berfungsi kembali menyerap dan mempertahankan ketersediaan air tanah.
Berkat upaya penghijauan yang dilakukan Sugiarto, mata air kembali mengaliri Desa Cowek dan mampu menghidupi 1.209 KK Desa Cowek. Bahkan di saat musim kemarau panjang, ketika wilayah lainnya mengalami kekeringan dan mengandalkan air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, desa tempat tinggal Sugiarto bebas krisis air. Setidaknya, mata air masih mencukupi kebutuhan minum dan sanitasi.
Di bagian hulu, deretan pipa paralon mengalirkan air dari mata air dan meneruskannya ke bak-bak penampungan di setiap rumah. Penduduk saat ini bisa menikmati air segar pegunungan secara gratis. Mereka cukup menyediakan dana swadaya untuk membuat instalasi pipa.
Sekretaris Desa Cowek, Maryono, menyebut Sugiarto sebagai pribadi yang ikhlas karena tidak pernah berharap imbalan dari pemerintah atau orang lain dalam menghijaukan hutan. Ia mengakui upaya Sugiarto telah banyak membantu warga desa sehingga dapat menikmati air bersih.
“Dulu orang menimba air dari sumur di tepian sungai, kalau musim kemarau selalu kering,” kata Maryono. “Sekarang semuanya lebih mudah, setidaknya cukup air untuk kebutuhan rumah tangga sebagian besar warga desa”, lanjutnya.
Keberhasilan Sugiarto memperbaiki hutan kini menimbulkan kesadaran bagi warga setempat tentang pentingnya pohon. Sebagian masyarakat yang dulu abai terhadap penghijauan dan menganggap usaha Sugiarto sia-sia, kini mulai ikut peduli terhadap lingkungan. “Beberapa dusun mulai kompak ikut mendukung usaha Sugiarto karena mereka sudah melihat hasilnya,” kata Maryono.
Sugiarto sadar bahwa penghijauan adalah pekerjaan jangka panjang yang hasilnya baru bisa dinikmati dalam hitungan tahun. Karenanya, menghijaukan hutan tidak hanya butuh kesabaran, melainkan juga usaha yang terus berkesinambungan.
“Penghijauan tidak hanya menanam bibit saja, tetapi juga menjaganya agar tumbuh menjadi pohon besar dan mencegah penebangan,” ujarnya.
Melihat usaha Mas Sugik yang gigih dalam memulihkan hutan, maka tidak heran Sugiarto banyak meraih berbagai penghargaan di bidang lingkungan hidup salah satu nya yaitu peng hargaan Kalpataru kategori Perintis Lingkungan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta.
Langkah Sugiarto itu terbukti menyelamatkan lingkungan serta meningkatkan debit sumber mata air yang menjadi kebutuhan pokok bagi warga masyarakat Desa Cowek dan sekitarnya. (RZ)
4048 x Dilihat
623 Disukai
557 Tidak Suka
Share Berita :
Ringkasan AIBeta
Ringkasan AI adalah alat untuk mempermudah Anda membaca berita dalam bentuk poin-poin penting. Ringkasan ini dibuat oleh kecerdasan buatan (AI), dan kami tidak menjamin keakuratan sepenuhnya.
Silahkan klik tombol di bawah ini untuk menghasilkan ringkasan berita oleh AI.
0 Komentar
Komentar Anda
Alamat
Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Pasuruan JL.Raya Raci KM - 9 Bangil, Pasuruan
0 Komentar