Produksi susu pada tahun 2017 adalah sebesar 103.157,74 ton, telah melampaui dari target yang ditetapkan di dalam RPJMD Kabupaten Pasuruan tahun 2013-2018 sebesar 89.318,28 ton atau 15,49%. Hal ini disebabkan meningkatnya populasi Sapi Perah dan Kambing. Jika dibandingkan dengan capaian realisasi produksi tahun 2016 sebesar 99.417,75 ton, maka produktivitas tahun 2017 menunjukkan adanya peningkatan sebesar 3,76%.

Selain dijual dalam bentuk susu segar, beberapa produk olahan susu masih berpeluang untuk terus dikembangkan seperti permen susu (karamel), krupuk susu, keju dan susu pasteurisasi. Produk olahan susu ini dimaksudkan agar petani dapat menambah nilai ekonomis. Sapi Perah sebagai fauna unggulan Kabupaten Pasuruan yang induknya berasal dari Belanda, dengan produksi utama berupa susu segar.

Sapi Perah yang berkembang di Kabupaten Pasuruan merupakan jenis Fresian Holstein yang memiliki produksi susu yang tinggi 7-10 liter/ hari/ ekor. Beberapa diantaranya ada yang mencapai 24 liter/hari/ ekor. Sentra pengembangan Sapi Perah di Kabupaten Pasuruan meliputi Kecamatan Grati, Tutur, Puspo, Purwodadi dan Prigen.

Ada 10 desa di Kecamatan Purwosari dan Kecamatan Purwodadi penghasil susu segar yang setiap harinya mendistribusikan hasil susu perah ke KUD Dadi Jaya, yaitu Desa Dawuhanrejo, Jatisari, Tejowangi, Tambaksari, Pucangsari, Gerbo, Lebaksari, Cowek, Capang dan Desa Purwodadi. Budidaya susu Sapi Perah dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup petani juga dalam rangka perbaikan gizi petani khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Sebelum dikirim ke Industri Pengolahan Susu, hasil produksi susu disetorkan ke Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) yang tersebar di beberapa Kecamatan, diantaranya KPSP Setia Kawan di Desa Nongkojajar Kecamatan Tutur dan KUD Dadi Jaya di Desa Pucangsari Kecamatan Purwosari. Selanjutnya, hasil produksi susu segar dari ribuan Sapi Perah tersebut didistribusikan ke PT Nestle. Kualitas susu segar yang dihasilkan juga telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), sehingga mempunyai harga jual yang tertinggi. (Eka Maria+Dewi)