Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) menjadi komoditi yang saat ini menjadi primadona karena semakin banyak dikembangkan di Kabupaten Pasuruan. Hal tersebut terus digencarkan oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) sebagai alternatif disaat budidaya Udang Windu (Penaeus Monodon) banyak menemui kendala kematian akibat penyakit dan menurunnya daya dukung lingkungan tambak.
Sampai akhir tahun 2017, Udang Vannamei dikembangkan di empat Kecamatan yaitu Bangil, Kraton, Rejoso dan Lekok dengan potensi lahan seluas 3.966,9 hektar. Metode yang dilakukan dengan teknologi insentif budidaya Udang Vannamei dengan sistem Busmetik (Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik).
Berkat penerapan teknologi Busmetik, budidaya Udang Vannamei tidak hanya berhasil diterapkan oleh para pembudidaya tambak saja, melainkan juga sukses diterapkan di dalam lingkup pondok pesantren. Seperti yang selama ini telah diaplikasikan di Pondok Pesantren Darul Khoirot, Desa Gerongan, Kecamatan Kraton.
Hasilnya, selain lokasinya lebih fleksibel, sistem Busmetik akan menjauhkan Udang dari penyakit. Hal ini karena tambak tidak bersentuhan langsung dengan perairan bebas, baik tambak maupun laut juga bebas dari pencemaran. Dengan demikian akan meningkatkan produksi Udang sampai dua kali lipat dari budidaya dengan menggunakan sistem tradisional (tambak). Jika pada budidaya Udang Vannamei di kolam sistem tradisional hanya bisa menghasilkan maksimal 100-300 kg saja, maka dalam satu petak kolam berukuran 20X20 meter atau 400 meter persegi bisa menghasilkan 800 kg.
Jumlah pembudidaya Udang Vannamei yang menggunakan sistem Busmetik terus meningkat. Sebagai perbandingan, dari awalnya hanya satu kelompok di Kecamatan Lekok, saat ini menjadi 18 kelompok yang tersebar di beberapa wilayah. Seperti Bangil, Kraton, Lekok dan Nguling.
Hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam penerapan teknologi Busmetik yakni biaya operasional yang cukup mahal untuk digunakan membuat kolamnya. Diantaranya untuk pembuatan kontruksi, mulai terpal hingga peralatan pendukung lainnya. Termasuk teknologi Busmetik yang wajib dikuasai para pembudidaya yaitu cara pensetrilan air, pemupukan dengan pupuk organik (pro biotik), penebaran ikan hingga proses panen.
Meski terkesan lebih mahal dan membutuhkan ketrampilan lebih dalam budidayanya, seluruhnya akan terbayar dengan hasil panen berlimpah pada siklus keempat. Artinya, pada saat panen pertama (Udang berumur 90 hari), total keuntungan yang didapatkan sudah bisa mencapai Rp 50 juta lebih. Sehingga pada panen kedua, ketiga dan seterusnya, modal awal tersebut akan tertutupi. (Eka Maria+Emil)
Berbagi ke :
Alamat
Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Pasuruan JL.Raya Raci KM - 9 Bangil, Pasuruan