Desa Kedungringin selama ini dikenal sebagai langganan banjir. Meskipun begitu, Desa ini ternyata sudah menjelma sebagai Sentra Budidaya Lele.
Salah satu diantara warga Kedungringin adalah Vicky Arianto (30). Pria yang juga menjabat Kepala Desa tersebut sudah 5 tahun menggeluti usaha budidaya lele. Hebatnya, untuk menekan biaya pakan yang semakin mahal, Vicky mempoduksi sendiri pakan lele yang dibuatnya dari kombinasi bahan alami (kunir, tetes tebu, bungkil jagung, sekem padi, minyak ikan dan pre biotic). Alhasil, selain efisien, Vicky juga bisa mengambil keuntungan lebih banyak ketimbang harus membeli pakan dari perusahaan atau pabrik.
Saat ditemui di sela-sela kesibukannya, Minggu (31/03/2019) pagi, Vicky menceritakan awal keinginannya menjadi pembudidaya lele. Dimana semuanya berawal dari keisengan dirinya yang melihat lele sebagai ikan yang tahan banting dan bisa hidup di air maupun lumpur. Dari situlah, timbul keinginan untuk memperbanyak jumlah ikan lele “Dumbo” yang dikembangkan sejak tahun 2013 lalu.
“Pas banjir pasti banyak ikan lele dimana-mana. Bahkan, ketika terjepit di air yang tinggal sedikit masih bisa hidup lama. Di situlah saya tertarik untuk membudidaya lele,” ungkapnya.
Sebelum menggunakan pakan modifikasi, Vicky sempat membeli pakan dari pabrik. Hanya saja, biaya pembelian pakan yang sangat tinggi membuat Vicky tak bisa mengambil keuntungan. Sehingga dengan dibantu beberapa karyawannya, Vicky mulai memproduksi pakan modifikasi. Hasilnya lumayan, karena setiap 1 ton lele, dirinya bisa meraup keuntungan antara Rp 2-5 juta.
“Kalau pakan ikan lele hanya Rp 280 ribu per 30 kg. Sedangkan pakan ikan mujaer malah di bawahnya, hanya Rp 180 ribu per 1 sak nya,” pungkasnya kepada Suara Pasuruan.
Dengan modifikasi pakan, Vicky bisa memproduksi lele hingga mencapai 10 ton untuk satu bulan. Seluruh hasil panen tersebut dijual ke perusahaan di Sidoarjo dan Surabaya dengan harga Rp 10 ribu-Rp 14 ribu per kilogramnya.
Lain pakan lain pula panen. Untuk lele yang dibudidaya Vicky terbilang bagus, lantran seminggu bisa memanen hingga dua kali. Per sekali panen bisa menghasilkan 1-1,5 ton lele yang dipanennya dari 68 kolam yang terdiri dari 48 kolam bulat berdiameter 3 meter, 10 kolam tanah serta 10 kolam beton. Sedangkan benih ikan lele sendiri didapatkan dari warga sekitar Desa Kedungringin hingga CangkringMalang.
“Benih nya sudah bersertifikat. Saya gak berani beli benih dari lele yang belum bersertifikat, karena permintaan perusahaan itu cukup ketat. Kalau benihnya saja jelek, maka perusahaan bisa kecewa. Tapi Alhamdulillah, sampai dengan detik ini semuanya lancar dan sesuai rencana,” imbuh pria penghobi olahraga motor itu.
Ke depan, dengan suksesnya sebagai pembudidaya ikan lele, Vicky berkeinginan untuk memasukkan pembuatan pakan mandiri dalam Bumdes, sehingga nantinya bisa diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembudidaya ikan lele lainnya.
“Pengennya begitu karena bisa bermanfaat untuk orang banyak,” jelasnya. (emil)
6790 x Dilihat
658 Disukai
558 Tidak Suka
Share Berita :
Ringkasan AIBeta
Ringkasan AI adalah alat untuk mempermudah Anda membaca berita dalam bentuk poin-poin penting. Ringkasan ini dibuat oleh kecerdasan buatan (AI), dan kami tidak menjamin keakuratan sepenuhnya.
Silahkan klik tombol di bawah ini untuk menghasilkan ringkasan berita oleh AI.
0 Komentar
Komentar Anda
Alamat
Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Pasuruan JL.Raya Raci KM - 9 Bangil, Pasuruan
0 Komentar