10 Juni 2025 (12:58) Wisata Budaya 2539x Dilihat 0 Komentar Emil Akbar
gambar berita

Menjelang Upacara Yadnya Kasada tahun 2025, masyarakat di Lereng Gunung Bromo menggelar Ritual Buka Gerbang Gunung, Selasa (10/6/2025) siang. 

Ritual tersebut dilaksanakan di Pakis Bincil di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan yang ditandai dengan pengguntingan bunga oleh Dukun Supayadi hingga tokoh masyarakat dan pejabat. 

Kepala Desa Wonokitri, Wirya Aditya menjelaskan, ritual buka gerbang bromo menjadi sebuah budaya yang wajib dilakukan untuk meminta izin pada Sang Hyang Widi agar sekiranya masyarakat Tengger bisa selamat mulai berangkat sampai pulang kembali ke tempat tinggalnya masing-masing. 

"Tadi Dukun Supayadi sekalian melakukan maturan, meminta izin agar selama berangkat sampai kembali ke rumah selamat," katanya. 

Sebelum melaksanakan ritual buka lawang/gerbang, warga Tengger di Wonokitri terlebih dulu melaksanakan ritual mepek. Kata Wirya, ritual ini merupakan bentuk persembahan dan ungkapan syukur kepada leluhur dengan melemparkan sesaji ke kawah Gunung Bromo.

"Kalau mepek dilakukan mulai pukul 7 malam sampai jam 9 malam, dan telah kami laksanakan sampai selesai," imbuhnya.

Seusai mepek, warga Tengger melanjutkan perayaan Yadnya Kasada dengan Tayuban. Menurut Wirya, ritual ini adalah salah satu bentuk kesenian yang ditampilkan dalam perayaan Kasada, yang biasanya dilakukan oleh para tokoh adat dan masyarakat secara bergantian. 

Barulah setelah itu dilanjutkan dengan ritual buka lawang/gerbang bromo, 

"Ada ritual doa yang dipimpin Dukun Supayadi dan mantera tri sandia untuk Sang Hyang Widhi dengan dilengkapi kembang tujuh rupa dan sajian makanan untuk para dewa. Tak luput, asap dupa turut mengiringi doa yang dipanjatkan," ucapnya. 

Sementara itu, Dukun Supayadi menegaskan bahwa  doa bersama menjadi ritual wajib yang dilakukan sebelum membuka gerbang menuju Bromo. Tujuannya untuk meminta pengharapan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar Bromo senantiasa dijaga.

“Siang ini, kita mengajak masyarakat untuk doa bersama sekaligus berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Sang Hyang Widi yang telah memberikan Bromo penghidupan bagi kita semua," terangnya. 

Lebih lanjut Supayadi menjelaskan bahwa tradisi membuka gerbang Bromo juga wajib dilengkapi dengan tradisi Tutup Gerbang Bromo. Dimana untuk ritual tutup gerbang dilakukan usai prosesi Yadnya Kasada selesai digelar.

Sedangkan Upacara Yadnya Kasada sendiri dirayakan sehari setelah ritual buka gerbang bromo. Upacara bersifat massal ini berlangsung dari desa-desa di kawasan Bromo hingga puncaknya di kawah Bromo.

Setelah berdoa di tengah lautan pasir, tepatnya di Pura Luhur Poten, ritual dilanjutkan dengan menyajikan korban (sesaji) ke kawah Bromo. Korban atau sesaji berupa aneka buah-buahan, penganan, hewan bahkan uang demi keselamatan masyarakat dan anak-cucuk masyarakat Tengger. (emil)


Bagikan :

Ringkasan AIBeta

Ringkasan AI adalah alat untuk mempermudah Anda membaca berita dalam bentuk poin-poin penting. Ringkasan ini dibuat oleh kecerdasan buatan (AI), dan kami tidak menjamin keakuratan sepenuhnya.
Silahkan klik tombol di bawah ini untuk menghasilkan ringkasan berita oleh AI.

Komentar :

Tinggalkan Komentar:

Captcha